Apple kerap disebut sebagai perusahaan teknologi yang revolusioner. Hal tersebut dibuktikan dengan peluncuran iPhone yang menjadi jejak pertama popularitas ponsel pintar. Oleh karenanya, tidak heran kalau Apple yang telah meluncurkan lebih dari 20 model iPhone sejak 2007 hingga Januari 2020 mencatatkan angka penjualan mencapai 900 juta unit di seluruh dunia.
iPhone tidak hanya menjadi smartphone yang laris, tetapi juga merupakan ponsel yang kerap ditunggu oleh para pencintanya. Bahkan, para pencinta iPhone rela antre dan menginap di depan Apple Store untuk memenuhi hasratnya. Bagi mereka, terdapat kebanggaan tersendiri menjadi seseorang yang mempunyai iPhone terbaru yang pertama di pasaran.
Popularitas iPhone memang jadi bukti kalau Apple memang perusahaan yang inovatif. Terlepas dari inovasinya, tingginya angka penjualan iPhone juga menjadi bukti kesuksesan strategi pemasaran Apple. Teknik marketing yang dilakukan Apple memang unik, karena mereka berupaya memainkan psikologi konsumen, biasa dikenal dengan istilah neuromarketing.
Strategi Neuromarketing Apple iPhone
Melihat kesuksesan metode pemasaran iPhone, kamu tentu penasaran dengan cara mereka menarik perhatian dan sekaligus mengontrol keinginan para konsumennya, kan? Ada beberapa metode yang mereka lakukan, yaitu:
#1. Konsumen tertarik dengan fitur apa yang baru di iPhone?
Apple selalu membuat para konsumennya penasaran dengan fitur baru yang bakal mereka hadirkan dalam produk terbarunya. Apalagi, dalam setiap peluncuran iPhone, mereka memang berupaya menghadirkan pembaruan fitur.
Sebagai contoh, peluncuran iPhone 4 pada 2011 menjadi awal kehadiran kamera selfie. Sementara itu, iPhone 5S tahun 2013 dilengkapi dengan fitur Touch ID untuk scan sidik jari. Selanjutnya, iPhone 12 terbaru tak hanya menawarkan layar besar, tetapi juga koneksi jaringan 5G yang super cepat.
Pembaruan yang terus mereka lakukan pada iPhone tersebut, merupakan upaya merepresentasikan inovasi masa depan. Bagi Apple, memperlihatkan inovasi dan upaya tampil berbeda merupakan faktor yang sangat penting. Alasannya, karena mereka mendapat penilaian berbeda dari konsumen karena inovasi tersebut.
#2. Bagian dari identitas
iPhone kerap disebut sebagai simbol identitas bagi orang-orang yang ingin terlihat keren. Apple telah berhasil menanamkan bahwa pemilihan iPhone bakal mendorong kepercayaan diri dan membuktikan bahwa kamu bukan orang yang kudet. Saat konsumen melihat iPhone dalam genggamannya, mereka percaya kalau smartphone itu mampu memperkuat aspek tertentu dalam dirinya.
Di sisi lain, Apple juga mendorong kepercayaan diri para pengguna iPhone lewat promosi yang gencar mereka lakukan. Salah satu contohnya adalah dorongan menggunakan hashtag “ShotoniPhone” dalam kampanye iklan billboard yang mereka pasang. Hal tersebut memberikan pesan kepada konsumen bahwa mereka memiliki kekuatan dalam genggaman.
#3. Kelangkaan produk
Dalam setiap peluncuran iPhone, terdapat antrean panjang para konsumen yang rela menunggu berhari-hari. Bagi mereka, pilihan tersebut lebih baik dibandingkan harus menunggu proses pengiriman ke alamat tempat tinggal. Bahkan, pandemi covid-19 yang berlangsung saat ini, tidak menghentikan keputusan para pencinta iPhone untuk antre di depan Apple Store.
Fenomena konsumen iPhone yang antre di Apple Store itu mempunyai dua makna penting. Pertama, hal itu menjadi bukti bahwa banyak orang yang benar-benar menginginkan produk iPhone. Selain itu, ada pula ketakutan bahwa stok iPhone tak mencukupi alias diproduksi dalam jumlah terbatas, sehingga tak mampu memenuhi seluruh permintaan.
Kelangkaan inilah yang menjadi pemicu betapa besarnya permintaan terhadap iPhone di pasaran. Konsumen merasa kalau mereka harus melakukan pembelian secepatnya. Kalau tidak, mereka bakal kehabisan dan harus menunggu beberapa lama lagi untuk bisa memperoleh iPhone yang diimpikannya.
#4. Eksperimen sosial
Terakhir, Apple kerap menjadikan momen peluncuran iPhone sebagai kesempatan untuk melakukan eksperimen sosial. Dari sini juga, kamu bisa menemukan kalau pengalaman peluncuran iPhone terbaru oleh Apple selalu memberi nuansa yang berbeda dibandingkan dengan kompetitornya.
Menarik, kan?